73 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar dan berdarah di Palembang, Sumatera Selatan. Pertempuran terjadi "selama lima hari lima malam " antara pasukan TRI dan Belanda, melibatkan tiga matra antara kedua belah pihak.
Bagi Indonesia pertempuran ini menjadi perang pertama dalam melibatkan AD, AL, dan AU. Pertempuran berlangsung dari tanggal 1-5 Januari 1947. Belanda menerjunkan kekuatan satu Brigade dipimpin Kolonel Mollinger, sedangkan pihak Republik Indonesia menerjunkan kekuatannya untuk wilayah Sumbagsel berada di bawah Sub Komandemen Sumatera Selatan dengan Panglimanya Kolonel Maludin Simbolon.
Pada hari pertama, sekitar tengah hari kontak senjata mulai terjadi antara pasukan Belanda yang melakukan konvoi bergerak dari Benteng ke Charitas. Perbuatan pasukan Belanda ini mendapat sambutan dari pejuang TRI, pertempuran sengit terjadi sampai pukul 17.00 disemua sektor. Kantor Pos telah dikuasai kembali oleh Belanda, menyusul kemudian Kantor Telegrap, Kantor Residen dan Kantor Walikota. .
Pada hari ke-2, Belanda memperkuat pasukannya untuk mempertahankan daerah-daerah yang sudah direbut.
Pada hari ke-3, Belanda menyerang kekuatan TRI di sekitar 26 ilir dan Limbungan (sekarang rumah susun) dan berhasil menguasainya. Belanda melakukan pembakaran rumah-rumah rakyat di Limbungan. Sementara pasukan TRI mundur melakukan konsolidasi dan memperkuat pertahanan pasar Lingkis.
Pada hari ke-4 kekuatan persenjataan dan perbekalan makanan semakin menipis. Hal ini menjadi pertimbangan bagi pimpinan militer dan sipil untuk mengambil langkah yang tepat. Pertemuan para pimpinan sipil dan militer ini menyepakati bahwa antara RI dan Belanda perlu melakukan perundingan.
Akhirnya tanggal 5 Januari 1947, dilakukan perundingan antara Belanda dan pemerintah RI di Benteng. Dengan keputusan pasukan TNI dan pejuang lainnya harus mundur sejauh 20 km dari pusat kota. Keputusan ini berlaku efektif tgl 6 Januari 1947 jam 00.
Pertempuran berakhir, dan menurut catatan PMI ketika itu sekitar 2000-3500 orang pihak Indonesia menjadi korban dari serangan berutal pasukan Belanda. Banyak korban tenaga, harta, dan bahkan ribuan nyawa yang melayang
#Dipersilahkan bagi anda yg ingin melengkapi sejarah ini, terutama warga Palembang (Sumber: Bhunda Jihan Kartika Group FB Indonesiё Verleden Tijd)