Monday, January 27, 2020

Kolonel Katamso Darmokusumo Pahlawan Revolusi dari Jogjakarta


Tanggal 1 Oktober 1965 pagi itu kebingungan melanda kalangan tentara. Tak hanya di Jakarta, para prajurit di berbagai daerah pun turut bertanya-tanya. Di Yogyakarta, Katamso Darmokusumo selaku Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro juga belum mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya telah terjadi di ibukota.

Kegelisahan bertambah ketika pukul 08.00 WIB, terdengar siaran RRI Semarang yang mengatakan bahwa Dewan Revolusi Daerah Jawa Tengah sudah terbentuk, menyusul Dewan Revolusi di Jakarta yang satu jam sebelumnya telah dideklarasikan oleh Letkol Untung dari pusat.

Katamso, yang saat itu masih berpangkat kolonel, segera menggelar rapat staf dan akhirnya mengutus ajudannya berangkat ke Semarang untuk mencari informasi lebih lanjut. Kolonel Katamso sendiri sudah dijadwalkan menghadiri rapat penting dengan Pangdam Diponegoro, Brigjen Suryosumpeno, di Magelang pada hari itu juga.

Pengkhianatan Militer

Bakal perginya Kolonel Katamso ternyata sudah diamati oleh sebagian orang militer di Yogyakarta sendiri, yakni para tentara yang ditengarai telah berkubu dengan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam rantai Dewan Revolusi. Ketiadaan Kolonel Katamso sebagai orang yang paling berwenang di Korem 072 Yogyakarta membuat Mayor Mulyono dan kawan-kawan dengan leluasa menjalankan rencana mereka.

Upaya pengambilalihan kuasa militer di Yogyakarta justru direncanakan oleh bawahan Kolonel Katamso. Kepala Seksi (Kasi) Korem 72/Pamungkas Mayor Mulyono bertindak sebagai pimpinannya, dibantu oleh Mayor Kartawi, Mayor Daenuri, Kapten Kusdibyo, Kapten Wisnuaji, Sertu Alip Toyo, Peltu Sumardi, Pelda Kamil, Praka Anggara, Praka Sudarto, Praka Sugimin, dan lainnya. (Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI 1965 di Yogyakarta dan Sekitarnya, 2000)

Dok: Musium Kentungan bag ke 1

Load comments